Kamis, 29 Desember 2016

PENGENDALIAN TEKANAN DARAH

\     Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara :

  1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih kuat sehingga  mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
  2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada setiap jantung memompah darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (atrteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
  3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningakat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
   Sebaliknya, jika :
     ~ Aktivitas memompa jantung berkurang.
     ~ Aretri mengalami pelebaran.
     ~ Banyak cairan keluar dari sirkulasi.
   Maka tekanan darah akan menurun.


    Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).

  1. Perubahan Fungsi Ginjal
Ginjal mangendalikan tekanan darah melalui beberapa cara :

  •  Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.
  • Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal.
  • Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.

     Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
     Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.
     Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.

   2. Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara        waktu akan :

  • Meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar).
  • Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak).
  • Melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepenifren (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.

OBAT HIPERTENSI VS RISIKO DIABETES

     Beberapa obat hipertensi dapat meningkatkan risiko diabetes terutama bagi mereka yang sudah memiliki risiko diabetes, berdasarkan hasil laporan peneliti sebuah studi di Amerika Serikat. Ketahui jenis obat hipertensi yang dapat meningkatkan resiko diabetes tersebut dalam artekil berikut ini.
     Beberapa obat hipertensi dapat meningkatkan resiko diabetes terutama bagi mereka yang sudah memiliki resiko diabetes terutama bagi mereka yang sudah memiliki resiko diabetes, berdasarkan hasil laporan peneliti di Amerika Sarikat.
     Menurut laporan tersebut, penghambat reseptor angiotensi (angiotensin-receptor blockers/ARBS) dan penghambat enzim pengubah angiotensin (angiotensin-converting-enzyme/ACE) merupakan obat hipertensi yang kurang berisiko menimbulkan diabetes. Kemudian diikuti oleh penghambat kanal kalsium yang berisiko sedang.
     Ternyata penghambat beta diuretik adalah obat hipertensi yang paling berisiko menyebabkan diabetes. Laporan ini dipublikasikan dalam The Lancet bulan january 2007 lalu.
     Terdapat perbedaan dalam berbagai obat yang digunakan untuk mengebotai tekanan darah tinggi pada pasien yang menjadi diabetes, kata peneliti Dr. Wiliam Elliot,
     Dalam studi  tersebut, Elliot dan rekan kerjanya peter meyer mengamati hasil 22 uji klinisyang melibatkan labih dari 143,000 orang. pasien tersebut memiliki tekanan darah tinggi tetapi tidak memiliki penyakit pada awal uji klinis. Pada tiap uji klinis, partisipan menerima pengobatan janka panjang dengan berbagai jenis obat hipertensi atau plasebo.
     Pengobatan konvesional yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi di amerika adalah diauretik dan penghambat beta. Elliot menyebutkan bahwa kedua jenis obat tersebut merupakan obat yang berpeluang besar menyebabkan diabetes.
     Ditemukan bahwa jenis obat hipertensi baru (penghambat reseptor angiotensin dan penghambat enzim pengubah angiotensin) adalah obat yang kurang menyebabkan diabetes, sedanggkan pengambat kanal kalsium memiliki resiko sedang.
     Elliot mencatat bahwa resiko terkena diabetes ketika menggunakan diuretik dan penghambat beta tergantung beberapa faktor, seperti berapa lama anda menjalani pengobatan, berat badan anda, riwayat diabetes dalam keluarga, apakah anda mengalami kenaikan berat badan dan faktor risiko lain.
     Bagaimana dokter harus meresepkan obat hipertensi berdasarkan temuan studi ini kurang dibahas. Kata elliot,? Di Britain mereka memiliki pedoman bahwa kombinasi diuretik dan penghambat beta sebaiknya tidak digunakan bersama karena peningkatan resiko dibetes.
   

0 komentar:

Posting Komentar